Bagaimana pendapatmu terhadap tindakan Betrand Peto yang sering bergelendotan sambil memeluk tubuh Sarwendah Tan (ibu tirinya), padahal Betrand Peto telah remaja?
Sedangkan dengan anak kandung sendiri, kalau di moment yang kurang tepat (salah-salah pegang misalnya) bisa menimbulkan syahwat?!
Ruben Onsu dan Sarwendah Tan merupakan orang tua yang ada pada masyarakat modern.
Sebagai orang tua yang modern, mereka memberikan “sosialisasi kekinian” kepada Betrand Peto.
“Sosialisasi kekinian” tersebut adalah skinship antara orang tua dan anaknya yang telah remaja.
Skinship tersebut berupa anak remaja yang bergelendotan sambil memeluk tubuh ibunya.
Alasan Ruben dan Sarwendah mengajarkan skinship tersebut adalah ingin dianggap sebagai keluarga terpandang oleh warganet.
Sebab menurut Ruben dan Sarwendah, skinship tersebut biasanya dilakukan pada keluarga terpandang. Skinship tersebut identik dengan keluarga kaya.
Betrand Peto dan Sarwendah Tan[1]
Namun, skinship tersebut dikritik para warganet. Mereka menilai bahwa skinship tersebut merupakan sosialisasi yang keliru. Skinship tersebut juga merupakan sosialisasi yang tidak lazim.
Menurut mereka, skinship tersebut seharusnya diberikan kepada anak kecil. Di lain pihak, Betrand telah remaja. Sebagai seorang remaja, Betrand telah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.
Hal ini yang dikhawatirkan oleh para warganet. Mereka khawatir terhadap suatu kemungkinan. Kemungkinan tersebut adalah Betrand menjadi tertarik dengan Sarwendah. Padahal, Sarwendah merupakan ibu angkat Betrand.
Betrand Peto dan Sarwendah Tan[2]
Ruben, Sarwendah, dan Betrand juga melakukan komodifikasi. Komodifikasi adalah mentransformasikan barang, jasa, gagasan, atau orang menjadi komoditas. Komoditas ini memiliki nilai ekonomi. Mereka melakukan komodifikasi terhadap vlog mereka, termasuk vlog skinship.
Caranya adalah memasukkan unsur keharmonisan dan keintiman pada vlog skinship.
Adegan pada vlog skinship merupakan komoditas berharga. Sebab banyak warganet, khususnya remaja, subscribe channel The Onsu Family karena adegan tersebut.
Ruben, Sarwendah, dan Betrand juga melakukan komodifikasi terhadap subscriber-nya. Caranya adalah “menjual” subscriber-nya kepada pengiklan. Bagi pengiklan, channel tersebut dapat menyampaikan pesan komersial secara cepat dan efektif.
Sebab channel tersebut memiliki banyak subscribers. Selain itu, jumlah subscriber yang banyak dapat mengingkatkan kredibilitas channel tersebut.
Adanya kredibilitas ini membuat mereka dapat memperoleh keuntungan ekonomi dari pengiklan. Pada konteks ini, mereka menjadikan subscriber-nya sebagai komoditas.
Bertrand Peto dan Sarwendah Tan[3]
Subscriber channel The Onsu Family merupakan masyarakat tontonan. Masyarakat tontonan adalah masyarakat yang kehidupannya dipenuhi banyak tontonan.
Masyarakat tontonan menjadikan tontonan sebagai nilai hidup. Padahal, tontonan mengalami kekaburan. Vlog skinship juga merupakan tontonan yang mengalami kekaburan.
Sebab meskipun ada “sosialisasi kekinian”, mereka melakukan komodifikasi terhadap vlog skinship.
Artinya, vlog skinship tidak benar-benar nyata. “Kebenaran” pada vlog skinship hanyalah momen dari kepalsuan-kepalsuan.
Selain itu, mereka mengulang “fakta” sederhana pada vlog skinship. Mereka mengulangnya secara terus-menerus. “Fakta” tersebut adalah mereka merupakan keluarga yang harmonis.
Padahal, “fakta” tersebut telah “selesai”. Mereka mengulang fakta tersebut secara terus-menerus karena suatu alasan. Alasan tersebut adalah adanya kepentingan ekonomi pada diri mereka.
Source: Quora.com | Danar Dumadi Pratomo