Dalam tahap pasca produksi, editing adalah proses penting untuk memfinalisasi hasil shooting.
Editing adalah sebuah proses dari memilih footage hasil shooting, memotong dan merangkai potongan footage tersebut menjadi sebuah kesatuan.
Adapun dua tahap utama yang harus dilalui dalam proses editing film maupun iklan.
Pertama, terdapat tahap offline editing, dan selanjutnya adalah tahap online editing.
Sebagian orang masih sering bertanya, apakah perbedaan dari kedua tahap editing tersebut.
Bagi kamu yang masih bingung, yuk, coba cek penjelasan perbedaan offline editing dan online editing berikut:
Offline Editing
Offline editing adalah tahap memotong dan merangkai footage-footage hasil shooting menjadi satu bagian.
Sebelum masuk ke tahap pemotongan dan perangkaian, raw footage yang pada umumnya memiliki resolusi di atas 1920p x 1080p, harus dikonversi terlebih dahulu menjadi resolusi yang lebih rendah dengan cara proxy.
Hal tersebut sangat penting karena kecepatan proses editing akan dipengaruhi oleh kemampuan sistem software dan hardware yang digunakan.
Sehingga proses editing footage dengan resolusi yang bisa mencapai 4K ataupun 6K bisa lebih cepat dan lancar dengan proxy.
Tapi tenang saja, kualitas footage asli tidak akan berubah, dan ini hanya salinan data untuk membantu proses editing.
Setelah tahap proxy, hal yang harus dilakukan oleh offline editor adalah melakukan proses sync.
Di mana seluruh footage dan audio hasil shooting, baik yang good ataupun not good harus disinkronisasi sesuai timecode yang ada.
Maka dari itu, fungsi clapper sangat membantu dalam tahap ini, untuk menentukan ketepatan suara dan visual.
Pada tahap ini, offline editor akan memiliki kumpulan seluruh full sync footage yang akan membantu dalam memilih dan mensortir footage yang akan dipakai.
Tahap selanjutnya, adalah memilih dan memotong footage yang telah disinkronisasi.
Di sini merupakan peran offline editor dalam menyusun cerita. Di mana offline editor akan fokus pada flow, pace, dan timing dari potongan-potongan gambar tersebut.
Seorang offline editor harus bisa mengkomunikasikan cerita dan emosi lewat potongan dan susunan footage yang ada.
Dalam tahap ini juga sudah mulai dimasukan efek suara, dan dummy music untuk membantu offline editor menemukan feel yang tepat.
Setelah semuanya selesai dan sesuai yang diinginkan, offline editing selesai dan dapat dikatakan picture lock.
Di mana picture lock tidak dapat diubah lagi secara flow, dan potongan gambar dan suara.
Online Editing
Online editing sendiri merupakan proses touch up dari hasil offline editing, dengan penambahan color grading, efek visual, motion graphic, dan audio mixing.
Di tahap online editing, file picture lock akan difinalisasi. File proxy dengan resolusi rendah dari offline editing, akan dihubungkan kembali menjadi kualitas file asli untuk diproses online.
Dengan kualitas file asli, online editor harus melakukan proses color correction dan color grading.
Biasanya dari hasil offline editing, warna antar footage masih terlihat raw, dan berbeda-beda antara shot.
Di tahap inilah peran online editor untuk menyamakan warna dari setiap shot yang dipakai, agar tidak terkesan belang saat ditonton.
Tapi sebelum itu, online editor harus menentukan mood warna yang director ingin visualisasikan pada hasil akhir.
Setelah mencari warna yang tepat, online editor harus meratakan warna setiap shot dengan warna yang ingin dicapai.
Dikarenakan color grading akan berperan penting untuk menentukan mood dalam video.
Tahap selanjutnya dalam online editing, kamu bisa menambahkan efek visual dan CGI jika dibutuhkan.
Efek visual seperti cahaya, asap, ataupun tambahan objek pada background untuk memperindah ataupun memperbaiki gambar.
Contoh sederhana, kamu bisa menambahkan awan di langit yang mendung dalam proses ini, ataupun menghapus objek yang bocor dari hasil shooting.
Kemudian, kamu juga bisa menambahkan animasi ataupun motion graphic sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Termasuk menambahkan motion untuk kebutuhan tipografi dan juga menambahkan subtitile pada video.
Selain finalisasi untuk ranah visual, dalam online editing, juga ada finalisasi untuk musik dan audio.
Di sini kamu bisa mengganti musik dummy kamu dengan musik original scoring.
Kemudian sound designer akan memperbaiki lagi audio hasil shooting dalam bentuk file “Omf”. File “Omf” ini merupakan hasil export audio dari picture lock dengan software editing.
Di sini bisa saja jika ingin ditambahkan efek suara, ataupun, jika file audio perlu diperbaiki.
Setelah musik dan seluruh elemen audio yang diinginkan telah sesuai, maka element audio maupun musik akan di-mixing agar besar dan layering suara terjaga.
Tahap terakhir adalah tahap final rendering. File audio dan musik yang sudah di-mixing, akan di-export dalam bentuk WAV.
Setelah itu, file WAV akan disatukan lagi dengan hasil video final yang sudah melalui online editing. Video kamu pun siap untuk di-export sesuai kebutuhan output placement.
Nah, sekarang udah tahu, perbedaan offline dengan online editing kan?