Sedih rasanya hati tak terkira ketika kita disisihkan di dalam lingkungan kehidupan keluarga sendiri.
Kalau ada orang lain yang menghina, sebagaimana hebatnya pun hinaan itu, tapi kalau hubungan di antara keluarga kuat, sekuat apapun hembusan angin menerpa tidak akan memberi kesan atau pengaruh yang berarti.
Tetapi berbeda sekali halnya, jika terpaan itu berasal dari dalam keluarga sendiri, tempat dimana diharapkan sebagai tumpuan, pijakan dan tempat mengadu setiap ada masalah dari luar, selesai dan reda dalam keluarga.
Tapi justru bagaimana bisa jadi tempat yang menentramkan, karena bukan hanya tidak bisa lagi mengadu, bahkan jadi pemicu yang paling besar pengaruhnya?
Kemana hendak mencari solusi dan penyelesaian, jika keluarga sendiri tidak dapat menerima, tak menghargai keberadaan kita?
Aku tidak habis fikir, bagaimana ini bisa terjadi? Adakah sepenuhnya kesalahan pribadiku? Ataukah karena sikap keluarga yang keterlaluan? Lalu bagaimana menyikapinya?
Mungkin, dan aku pun tidak menyangkal jika ada kesalahan yang aku perbuat. Tapi apakah tidak bisa dimaklumi sehingga timbul sikap yang keterlaluan dari orang yang paling dekat?
Aku rasa ini sungguh keterlaluan, tapi bagaimanapun aku terpaksa menerima ini, harus introspeksi, dan berjuang membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan itu tidaklah benar.
Aku akan sukses seperti yang aku cita-citakan dari dulu. Aku akan buktikan bahwa kerja-kerasku bukanlah angan-angan kosong atau sia-sia belaka.
Tapi jangan menyesal jika suatu saat nanti hal ini menjadi kenyataan, terpaksa harus meninggalkan orang-orang yang tidak kusukai, karena selama ini sikap terlalu buruk padaku.
Bertahan, adalah kata yang tepat saat ini agar aku dapat benar-benar siap, sampai saatnya akan aku buktikan kerja kerasku selama ini benar-benar tidak sia-sia dan akan membawa perubahan yang sangat besar dalam hidupku, walau mungkin terpaksa termasuk melepaskan orang yang sangat aku sayangi tetapi terlalu menghinaku.
Cara Membalas Perbuatan Jahat Orang Lain adalah Dengan membuktikan Diri Bisa Menjadi yang Terbaik.
Maafkan aku jika terpaksa jalan itu ku tempuh. Demi Tuhan aku tidak berniat menyakiti siapapun.
Namun karena sikapnya keterlaluan, dan harus mendapat pelajaran agar tidak semena-mena lagi, pada siapa pun.