Berapa banyak dari kita yang berpikir untuk mempunyai bisnis sendiri saat sudah tidak bekerja lagi di kemudian hari?
Sebenarnya, seseorang tidak perlu mengundurkan diri dari pekerjaan terlebih dulu untuk bisa memulai bisnis sampingan.
Banyak karyawan yang terbukti berhasil membuat bisnis atau bekerja part-time di sela-sela waktu luang yang tersedia. Simak saja beberapa tips dari mereka yang sudah berhasil menjalaninya.
1. Identifikasi masalah
Cara termudah untuk membuat suatu usaha ialah dengan memecahkan masalah yang kita temui sehari-hari, karena sebenarnya setiap masalah yang datang dapat diubah menjadi peluang. Anda bisa mulai dengan bertanya pada diri sendiri tentang barang atau jasa yang Anda butuhkan namun belum ada yang menyediakan.
Contohnya Dina, 34, yang memulai usaha event organizer pesta ulang tahun berawal dari kesulitannya menemukan supplier yang sesuai untuk mewujudkan pesta ulang tahun anaknya Dio – yang saat itu berusia 5 tahun.
“Kebanyakan vendor menawarkan pesta bertema umum yang mainstream, seperti tokoh kartun. Kami menginginkan pesta ulang tahun yang elegan namun tetap fun.
Karena itu, saya dan suami memutuskan untuk mengerjakan sendiri semuanya, mulai dari konsep, desain, dan segala detail-nya. Ternyata, bukan hanya kami yang puas dengan hasilnya, tapi para tamu juga terkesan dengan pesta tersebut,” tutur ibu yang sehari-harinya bekerja full time sebagai sekretaris direksi di sebuah perusahaan otomotif lokal tersebut.
2. Riset permintaan pasar
Langkah kedua setelah mengidentifikasi masalah adalah mengenali permintaan pasar. Ini bisa dimulai dengan membuat survei sederhana, seperti bertanya ke
target market yang sesuai, mengamati kebutuhan serta perilaku pasar.
Hal ini dilakukan Dina, yang menampung permintaan pasar dan mengimplementasikan idenya sebagai usaha sampingan mereka.
“Banyak dari tamu yang datang ke pesta ultah Dio akhirnya minta bantuan kami untuk merancang pesta yang sesuai dengan permintaan mereka, jadi kami seriusi saja sebagai usaha sampingan yang hasilnya sangat menguntungkan,” katanya.
Menurut Dina, ia dan suami mendengarkan setiap permintaan klien dengan baik, sambil memberi masukan yang sesuai dengan trend dan pengalaman mereka.
3. Atur waktu dan energi
Tantangan terbesar dalam membangun usaha atau bisnis sampingan sendiri seringkali terletak pada keterbatasan waktu dan energi yang harus terbagi dengan pekerjaan
full time. Teorinya, ini bisa diatasi dengan cara mengatur skala prioritas Anda – meski terkadang prakteknya tidak semudah teori.
[Baca: Trik Memulai Karir Sebagai Freelancer]
Rena, 42, seorang karyawan bank yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai pembuat kue (baker), memiliki tip tersendiri untuk menyiasati hal ini.
“Untuk mengatur waktu dan energi, saya berpegang teguh pada target dan to-do-list yang sudah saya tetapkan setiap bulan, minggu, dan hari. Jadi misalkan target bulan ini adalah menjual 50 cakes, saya breakdown dalam setiap minggu berapa cakes yang harus dijual, bagaimana cara pemasaran dan produksinya supaya tidak keteteran,” kata Rena.
“Kemudian, saya breakdown lagi menjadi to-do-list harian, apa saja yang harus saya siapkan hari ini, agar tidak mengganggu jam kerja. Begitu seterusnya,” jelasnya.
Bagi Rena, menjaga kualitas makanan buatannya adalah hal yang terpenting. Oleh sebab itu, terkadang ia terpaksa menolak permintaan karena keterbatasan tenaga. Beruntung, putri tunggalnya yang berusia 9 tahun juga rajin membantunya menjalankan bisnis sampingan tersebut.
4. Manfaatkan jejaring (network)
Salah satu keuntungan memiliki bisnis sampingan saat masih menjadi pekerja full time adalah Anda bisa memanfaatkan jejaring (network) yang ada di lingkungan kerja, misalnya rekan sejawat, bos, atau klien.
Selama bisnis sampingan Anda tidak mengganggu profesi atau pekerjaan utama Anda, sah-sah saja untuk menawarkan usaha yang Anda jalani kepada orang-orang terdekat.
Contohnya, jika Anda punya usaha kecil di bidang kuliner, Anda bisa menawarkan diri untuk menyediakan makanan saat ada acara kantor, atau membuatkan kue untuk dikirimkan kepada klien pada hari raya. Jika bisnis sampingan Anda di bidang fashion, Anda juga bisa menawarkannya kepada rekan sekerja.
Akan tetapi, pastikan kantor Anda tidak bergerak dalam bidang yang sama dan bersaing dengan bisnis sampingan tersebut karena memiliki target market yang sama. Anda tentu tidak ingin dianggap tidak etis, atau bahkan dipecat dari perusahaan, bukan?
5. Ambil keputusan
Langkah terpenting dalam menjalankan bisnis, baik itu startup atau kerja sambilan, adalah segera mengambil keputusan.
Keempat langkah di atas tidak akan berarti apapun jika Anda tidak mengimplementasikan langkah kelima ini.
Jangan sampai ide Anda hanya bercokol di kepala karena Anda lebih takut gagal daripada mewujudkannya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika kita gagal berencana, maka kita berencana untuk gagal.
Meski begitu, jangan menunggu sampai rencana Anda sempurna baru menjalankannya – sebab Anda bisa saja kehilangan momentum.
[Baca: 20 Peluang Bisnis Rumahan Bermodal Kecil dengan Penghasilan Menjanjikan]
Seperti dikutip dari buku “The Lean Startup” karya Eric Ries, salah satu prinsip yang wajar dijalankan startup di era ini adalah “buat-ukur-pelajari” (build-measure-learn).
Dengan kata lain, Anda perlu segera mengubah ide menjadi sebuah produk, melihat reaksi konsumen, kemudian belajar dari kesalahan. Jangan tunggu hingga produk atau kemampuan Anda sempurna! Anda selalu bisa memperbaiki produk tersebut sejalan dengan permintaan pasar.
Terakhir, jangan lupa nikmati prosesnya sebagaimana Anda menikmati hasilnya. Semoga berhasil! Seberapa Siapkah Anda Memulai Bisnis Sendiri?