Sangat sulit dan memang bukan itu tujuan utama kebanyakan orang yang membuat film pendek.
Setelah mengikuti salah satu forum diskusi di Minikino tentang nilai ekonomi film pendek dan menurut pengalaman pribadi, ada beberapa hal penting yang saya dapat simpulkan.
Film pendek itu sulit mendapatkan uang secara langsung, jika dapat menghasilkan uang pun jumlahnya sering tidak sebanding dengan biaya produksinya. Beberapa cara film pendek dapat menghasilkan uang adalah: screening fee, hadiah dari kompetisi, mengunggah online, dan hasil penjualan tiket pemutaran.
- Screening fee bisa didapatkan ketika ada yang mau memutarkan film kita. Seperti membeli izin pemutaran. Contohnya ketika film saya diminta organisasi Minikino untuk ditayangkan di Anjungan Digital Bekraf, dan dibawa mereka untuk diputar di Image Forum Festival. Screening fee jumlahnya bisa beragam, bisa 100 ribu rupiah, bisa lebih tergantung seberapa besar acara pemutarannya.
- Hadiah dari kompetisi ini sangat sulit untuk didapatkan karena harus menang dari ratusan atau ribuan film lain yang dikumpulkan dalam suatu festival atau lomba. Kenalan saya ada yang berhasil mendapatkan ratusan juta dari suatu lomba film pendek yang diadakan oleh perusahaan. Tetapi, sering juga festival film besar dan internasional yang tidak memberikan hadiah uang kepada pemenangnya, hanya piala dan sertifikat. Namun, penghargaan itu bernilai lebih dari sekadar uang, karena berarti film kita diapreasiasi oleh juri yang kredibel dan membuat nama kita sebagai pembuat film menjadi lebih terdengar.
- Pembahian hasil penjualan tiket pemutaran juga bisa didapatkan jika kita membuat pemutaran film sendiri yang berbayar atau ada ruang pemutaran/bioskop alternatif yang meminta film kita diputarkan dengan tiket berbayar. Hasil yang didapatkan biasanya sangat kecil karena tidak banyak orang yang mau pergi ke bioskop untuk menonton film pendek, berbayar lagi. Biasanya dalam sekali pemutaran yang diputar adalah kumpulan beberapa film pendek, sehingga durasinya seperti satu film panjang bioskop. Maka tiket pemutaran yang biasanya sangat murah Rp10.000,00 – Rp25.000,00 itu harus dibagi lagi kepada banyak film dan ruang pemutarannya. Mungkin hanya menjadi sekitar Rp.1500,00 per penonton.
- Diunggah pada situs daring seperti Youtube, Viu, dll. Saat forum diskusi, ada perwrakilan dari Viu yang hadir. Dia mengatakan mau membeli hak siar film-film pendek dengan pembagian hasil. Tetapi, menurut pikiran saya, bakal ada berapa banyak orang yang mau berlangganan Viu untuk menonton film pendek? Atau kalau Viu gratis berarti pembagian hasil iklan. Saya yakin penonton film pendek di situs seperti Viu jumlahnya bisa dihitung dengan jari saja. Bakan kalau tidak ada orang yang meng-klik film kita, ya berarti tidak dapat uang sepeser pun, lalu hak eksklusifnya masih menjadi milik Viu lagi. Kalau begitu pembagian hasilnya bisa tidak ada atau pasti sangat kecil. Saat ditanya, perwakilan dari Viu itu tidak mau menyebutkan angkanya. Di Youtube pun juga bisa menghasilkan uang dari iklan, walaupun jumlahnya pasti sangat kecil dan harus bersaing dengan video-video populer lainnya. Film pendek independen pasti kalah jauh popularitasnya dibanding jenis video lainnya.
- Lain-lain, ada juga hal-hal tidak terduga yang menghasilkan uang. Contohnya, Festival Film Indonesia tiba-tiba mengadakan pemutaran film seadanya nominenya di gedung kementerian kebudayaan. Film saya dan teman-teman saya diputar dan kami diundang untuk menjadi pembicara dalam sesi diskusi. Pemutaran berjalan dengan sangat tidak lancar, seperti film terpotong, macet, file rusak, dsb. Setelahnya saya diberikan “uang transport” bernilai sekitar satu juta. Tetapi ada teman saya yang filmnya tidak jadi diputar karena katanya flashdisk panitianya rusak, dia tidak diberikan uang. Alasan ajaib khas pemerintah yang penuh tipu muslihat dan korupsi. Hehehe.
Foto Anjungan Digital Minikino x Bekraf.
Foto screening film di Kineforum DKJ
Dari berbagai contoh cara film pendek dapat menghasilkan uang secara langsung sepertinya sangat suram. Tetapi, film pendek memang tidak dibuat dengan pikiran untuk menghasilkan uang secara langsung. Kecuali film pendek itu adalah iklan yang memang dibuat karena pesanan klien, berarti bukan film pendek independen.
Film pendek bisa ditayangkan di berbagai festival film di dalam dan luar negeri, pembuatnya pasti bangga sampai bahkan rela mengeluarkan uang untuk tiket pesawat dan hotel sendiri untuk menghadiri festivalnya. Karena dengan itu pembuat filmnya bisa membangun namanya, menjadi lebih kredibel, dan membangun koneksi. Jadi dari situ mungkin kita bisa jadi terlibat dengan proyek lain yang lebih besar, atau diundang menjadi pembicara, diminta menjadi juri, dan lain-lain yang bisa menghasilkan uang. Bukan film pendeknya sendiri yang menghasilkan uang, melainkan orang-orangnya yang terlibat. Begitu kata Edo Wulia, direktur festival film internasional Minikino pada forum diskusi yang saya ikuti.
Menurut pengalaman saya, membuat film bisa dilakukan dengan modal yang kecil atau besar tergantung keikhlasan.
Untuk modal juga banyak funding, grants, dan bantuan investor yang tersedia. Bisa lewat Akatara | Creative Financing Forum yang sering mengadakan acara untuk menemukan para investor dengan proyek-proyek film yang membutuhkan pendanaan. Banyak juga acara-acara lomba pitching lainnya yang menghadiahi dana bagi pemenangnya, acara seperti itu semakin sering diadakan. Tetapi dengan pendanaan seperti itu bisa ada juga tuntutan investor yang dapat membatasi. Contohnya, film yang dibuat harus memiliki muatan pesan tertentu, atau harus ditayangkan di mana dulu, dan lain-lain. Harus selalu berhati-hati dalam membaca kontrak.
Source: https://id.quora.com/Bagaimana-cara-menghasilkan-uang-dari-membuat-film-pendek