Salah satu tokoh Samin terkemuka di Kudus Wargono meninggal. Tokoh sedulur sikep yang juga kerap disambangi penjabat daerah hingga nasional itu dinyatakan wafat sejak Jum’at (25/2) pukul 15.00. Tetapi proses pemakaman baru dilakukan kemarin (26/2) sekitar pukul 10.30.
Saat wartawan koran ini ke lokasi, ucapan bela sungkawa dalam bentuk karangan bunga berderet di sepanjang depan rumah. Mulai dari Bupati Kudus HM Hartopo, Bupati Blora Arief Rohman, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kepala Kejaksaan Negeri Kudus Ardian hingga pejabat publik lainnya.
Di kediaman yang terletak di Desa Karangrowo, Undaan itu pun juga dipenuhi saudara, kerabat, pejabat dan masyarakat umum yang turut mengantarkan kepergiannya. Wargono dimakamkan di dalam kediamannya.
Gunretno anak sulung almarhum Wargono menyebut pemakaman di rumah kediaman itu sesuai amanat ayahnya. Sehingga pihak keluarga berupaya memenuhi permintaan terakhir itu.
“Bapak duwe wasiat yen pas salin sandang kon makamke nang pondokan. Anak-anake pengen pie wasiat iki kelakon,” tambahnya.
Semula keinginan itu tidak direstui beberapa warga sekitar. Tetapi setelah dimusyawarahkan dengan berbagai pihak akhirnya diperbolehkan. Terutama karena telah mendapatkan restu dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo hingga Bupati Kudus HM Hartopo, serta masyarakat sekitar.
Kang Gun, sapaan akrab Gunretno, menambahkan ayahnya itu memang menjadi salah stau orang yang ditokohkan selama masa hidupnya. Sering dimintai pertimbangan pemerintah desa. Dan kerap dikunjungi pejabat publik lainnya.
Sementara terkait filosofi sedulur sikep yang dianut itu merupakan pilihan. Yang diwujudkan dalam bentuk pikiran dan perbuatan. Misalnya dari cara bertutur yang tidak berbohong dan berbuat sesuai ucapan.
Dia pun selalu mengingat pesan ayahnya itu yakni becik ketitik olo ketoro. Mulo ojo podo suloyo sak jeroni kesusahan. Sing madep, sing mantep, sing ngati-ngati.
Dosen Institut Agama Islam (IAIN) Kudus Moh Rosyid yang juga pengamat budaya menjelaskan, Wargono merupakan tokoh sedulur sikep yang disegani. Karena perilaku dan ucapan sesuai ajaran Samin. Termasuk konsistensinya.
“Salah satunya tidak mencatatkan perkawinan pada administrasi pemerintahan. Ini karena ia memegang ajaran Samin. Sementara beberapa kelompok samin lain sudah berubah membaur dengan dinamika sekarang,” jelasnya.
Menurutnya konsistensi ini yang unik dan langka. Tidak terpengaruh dinamika jaman. (him)