Kemudahan belajar online dari rumah belum bisa dinikmati secara merata oleh seluruh pelajar di Indonesia.
Masih ada beberapa anak yang harus rela bersusah payah untuk mencari sinyal demi terhubung secara online dengan para guru mereka ketika belajar di masa pandemi virus corona ini.
Sekretaris Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPM PTSP Naker) Kabipaten Solok, Sumatera Barat, Marcos Sophan sempat bertemu beberapa anak yang kurang beruntung itu.
Saat ia dan timnya melakukan monitoring dan evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar virus corona pada 24 April 2020 di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Marcos melihat belasan anak duduk di tepi jalan besar antara Nagari Sirukam dengan Nagari Simanau.
Kondisi anak -anak yang belajar online di sisi tebing demi mendapatkan sinyal di Kecamatan Tigolurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat/Tim Monitoring PSBB antisipasi Covid 19 Kec. Tigolurah Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Pinggir jalan itu adalah tebing yang curam. Anak-anak duduk di beberapa rakitan kayu di sisi jalan menghadap jurang itu. Mereka membawa telepon genggam masing-masing serta buku catatan yang mereka perlukan. “Ternyata mereka sedang membuat tugas sekolah, dan ujian online di sisi tebing itu,” kata Marcos saat dihubungi Tempo pada 30 April 2020.
Setelah berbicara dengan anak-anak, kata Marcos, para pelajar itu ternyata berasal dari beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa dan di Kota Padang.
Ada yang merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Mercubuana Jakarta juga dari beberapa kampus di Kota Padang.
Mereka pulang kampung setelah kegiatan belajar mengajar secara langsung ditiadakan dan diubah menjadi pembelajaran online karena penyebaran Covid-19. Mereka pun akhirnya mengikuti kuliah, mengirim tugas, serta ujian secara daring dari daerahnya.
Demi mendapatkan sinyal itu, mereka pun rela duduk berjejer di potongan kayu yang dibuat menjadi bangku panjang berlantai tanah dan beratap langit.
Menurut Marcos, ia sebenarnya bertugas membubarkan kerumunan untuk menekan penyebaran virus corona. Namun hal itu tidak bisa dilakukannya pada pelajar yang sedang mencari sinyal itu. “Susah juga kami bubarkan, mereka kan harus ujian.
Bergeser sedikit saja, sinyal mereka bisa hilang,” kata Marcos yang akhirnya hanya bisa mengimbau agar anak-anak itu mengenakan masker.
Kecamatan Tigo Lurah berlokasi di daerah hutan lindung. Daerah itu berjarak 80 kilometer dari Pusat Kota Kabupaten Solok.
Menurut Marcos, 10 tahun lalu, orang harus berkendara selama 12 jam untuk mencari daerah itu dari Pusat Kota di Kabupaten Solok dengan mengendarai mobil.
“Saat ini sudah bisa ditempuh dalam 3 jam dengan mobil, tapi jalanannya rawan longsor,” katanya.
Kondisi anak -anak yang belajar online di sisi tebing demi mendapatkan sinyal di Kecamatan Tigolurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat/Tim Monitoring PSBB antisipasi Covid 19 Kec. Tigolurah Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Nagari (Desa) Rangkiang Luluih adalah salah satu nagari di Kecamatan Tigo Lurah.
Walinagari (kepala Desa) Rangkiang Luluih, Abu Tasar, membenarkan beberapa warganya suka mencari sinyal di sisi tebing pinggir jalan itu.
Salah satu alasannya karena di sisi tebing itu, sinyal telepon tergolong bagus.
Sebenarnya … Next