Apakah Kucing dan Binatang Lain Bisa Bermimpi? Mimpi Apa yang Bisa Mereka Alami?
Ada yang percaya bahwa mimpi merupakan penampakan dari hasrat dan emosi yang tersembunyi. Beberapa teori lain menunjukkan bahwa mimpi merupakan tahap pembentukan memori, penyelesaian masalah, atau sekedar produk dari aktivasi otak.
Dengan begitu banyaknya tafsir dan pengertian mimpi yang rumit, apakah manusia satu-satunya makhluk hidup yang bisa bermimpi? Apakah binatang juga bisa bermimpi?
Mimpi selalu jadi bahasan yang sangat menarik. Dari mimpi bisa terbang hingga mimpi dikejar-kejar sesuatu, dari mimpi biasa hingga mimpi yang membangkitkan inspirasi, mimpi-mimpi selalu memikat hati, mengilhami, menakutkan atau bahkan membuat kita merasa tenang.
Pertanyaan apakah binatang juga bisa bermimpi, adalah salah satu pertanyaan yang menarik
Banyak orang yang memelihara binatang piaraan percaya bahwa binatang-binatang mereka bisa bermimpi. Binatang piaraan biasa memperlihatkan perilaku seolah-olah mereka sedang bermimpi, dimulai dengan kelopak mata yang berkedut dan wajah yang berkerenyit lalu kemudian bergeraknya cakar atau kaki seolah-olah binatang itu sedang berjalan.
Suara geraman yang tertahan juga kadang terdengar. Kesemuanya itu tampaknya mengindikasikan bahwa binatang itu sedang bermimpi.
Namun kesemuanya itu tetap meninggalkan pertanyaan: jika binatang memang bermimpi? Mimpi seperti apakah itu? Dan, untuk apa mereka bermimpi.
Penelitian yang dilakukan di tahun 2000 di Massachusetts Institute of Technology (MIT), membuat para peneliti Cambridge tidak hanya meyakini bahwa binatang memang bisa bermimpi, namun juga mimpi-mimpi itu merupakan mimpi yang kompleks yang melibatkan serangkaian peristiwa panjang yang mereka alami pada saat terjaga.
Hasil dari penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal Neuron tanggal 25 Januari 2001, menunjukkan bahwa tikus-tikus yang dilatih untuk berlari di sebuah jalur akan memimpikan pengalaman mereka itu.
Dalam penelitian MIT itu, tikus-tikus berlari dalam sebuah labirin berbentuk lingkaran sehingga mereka akan sampai di tempat makanan, sementara itu para peneliti memetakan aktivitas otak tikus dengan menggunakan elektroda.
Para ilmuwan mendapati bahwa neuron-neuron dalam otak tikus akan aktif dengan pola-pola tertentu, bergantung pada posisi tikus di sepanjang labirin itu, dan juga bergantung pada apakah tikus itu bergerak atau diam.
Para ilmuan juga mencatat adanya aktivitas neural yang terjadi dalam hippocampus, area dalam otak yang berkaitan dengan memori.
Ketika tikus-tikus itu tertidur, separuh dari mereka mengulangi pola neural yang terlihat selama latihan menyusuri labirin
Ketika tikus-tikus itu tidur, elektroda-elektroda terus merekam aktivitas otak mereka
Seperti pada manusia, tikus juga mengalami berbagai tahapan tidur, dari tidur slow-wave hingga tahap REM atau rapid eye movement (pada manusia, tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia mengalami mimpi).
Para peneliti MIT meneliti lebih dari 40 rekaman REM dari tikus-tikus itu. Ketika tikus-tikus itu tertidur, separuh dari mereka mengulangi pola neural yang terlihat selama latihan menyusuri labirin.
Korelasinya sangat tepat sehingga para ilmuwan bisa menentukan dengan tepat dalam mimpi itu dimanakah posisi tikus berada dalam labirin dan apakah ia sedang diam atau berlari.
Mereka menyimpulkan bahwa pengaktifan kembali ingatan-ingatan bisa jadi merupakan mekanisme untuk menanamkan pengalaman ke dalam memori jangka panjang.
Penelitian ini merupakan contoh tepat yang bisa menunjukkan alasan mengapa binatang bermimpi
Seekor tikus yang mengingat bagaimana caranya menyusuri labirin dan “berlatih dalam tidurnya” akan menjadi tikus yang punya peluang lebih besar saat mencari makanan.
Sebelum ada penelitian itu, para ilmuwan hanya berasumsi bahwa hanya spesies binatang tertentu saja (misal lumba-lumba dan primata) yang bisa melakukan pengingatan kembali memori yang kompleks.
Para peneliti MIT sekarang menyimpulkan bahwa sepertinya sebagian besar binatang memang bisa bermimpi dan mampu melakukan proses pemikiran yang kompleks.
Dengan meneliti bagaimana memori terbentuk dan pengalaman mana yang dihidupkan atau dibangkitkan kembali, para peneliti berharap menemukan cara untuk membantu para korban gangguan memori seperti amnesia dan penyakit seperti Alzheimer’s.