Tak ada yang tahu kapan hari kiamat akan terjadi. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak mengetahuinya.
Menariknya, dalam sejumlah hadits, ketika Rasulullah SAW ditanya kapan kiamat, justru beliau mengalihkan menjawab pertanyaan itu dan memilih cukup menjawab dengan tanda-tanda kiamat.
Ini misalnya terlihat dalam hadits riwayat Muslim dari Umar bin Khattab RA yang cukup populer.
عن عمر بن الخطاب رضي الله تعالى عنه قال:… فأخبرني عن الساعة قال: ما المسئول عنها بأعلم من السائل قال : فأخبرني عن أماراتها قال أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان
“Lelaki itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya Kiamat.” Nabi SAW menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi, “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab, “Jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertel4njang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta penggembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” (HR Muslim)
Dilansir di Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan, salah satu ciri akan terjadinya hari kiamat sughra (kecil) adalah jika budak wanita telah melahirkan tuannya. Dia mengakui bahwa ucapan yang disampaikan Nabi SAW tersebut agak aneh terdengar, bahkan untuk para ahli hadits sekalipun.
“Tentunya lafal ini adalah kalimat yang bisa punya makna sesungguhnya, tetapi bisa jadi sebuah idiom atau ungkapan khas, yang barangkali di masa nabi SAW cukup dipahami dengan mudah maknanya. Namun buat kita yang tidak hidup di sana, cukup bingung juga memahaminya,” tuturnya.
Ustadz Ahmad memaparkan, ada beberapa penafsiran terkait hal itu dari para ulama hadits melalui banyak karyanya.
Paling tidak ada empat makna yang saling berbeda yang seringkali diungkapkan para ulama. Satu versi melihat dengan positif dan tiga versi melihat dengan pandangan negative.
Pertama, tanda bahwa sudah semakin tersebarnya agama Islam. Bila disebut bahwa para budak wanita telah melahirkan orang-orang yang jadi tuannya, artinya adalah perbudakan telah hilang dari muka bumi. Karena para budak itu tidak lagi melahirkan budak, melainkan telah melahirkan orang-orang yang merdeka.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang telah berhasil membebaskan perbudakan dan perbudakan menjadi hilang dari permukaan bumi ini. Manusia pada akhirnya tidak lagi mengalami perbudakan. “Maka ungkapan bahwa budak melahirkan tuannya dalam pendapat ini menjadi sesuatu yang bersifat positif,” paparnya.
Pandangan kedua, ungkapan bahwa budak telah melahirkan tuannya sekadar menjadi ungkapan, yang bermakna bahwa anak-anak akan menjadi durhaka kepada orangtuanya, terlebih kepada ibunya. Ibarat ibu yang menjadi budak, dan anak menjadi tuan yang memperbudak ibunya sendiri.
“Dalam pandangan ini, gambarannya malah terbalik, bukan gambaran yang bersifat optimis melainkan bersifat apatis. Tanda-tanda kiamat dihiasi dengan semakin hilangnya rasa hormat kepada orang tua,” lanjut Ustadz Ahmad.
Pandangan ketiga, tersebarnya kebodohan dan hinanya syariah Islam. Dalam pandangan ini, berarti bahwa apa yang disampaikan Nabi merupakan simbol dari kebodohan yang dialami oleh umat Islam. Selain kebodohan, juga terhinanya umat Islam.
Pandangan keempat, tersebarnya zina dan nikah syubhat. Penafsiran ini menyampaikan bahwa Kiamat akan didahului dengan tersebarnya zina di mana-mana, sampai para wanita budak melahirkan anak dari orang yang merdeka, lewat perzinaan yang melanggar syariat Islam.
“Atau zina sudah menjadi sebuah fenomena massal dan kebiasaan masyarakat sehari-hari. Di mana-mana kita temui zina, bahkan di kampung sendiri. Sesuatu yang di masa lalu masih tabu kita dengar, tapi hari ini di layar kaca, sinetron kita selalu menayangkan bagaimana selingkuh dan perzinaan berubah dari tontonan menjadi tuntunan,” jelas Ustadz Ahmad.
Tanda Kiamat Lainnya adalah Munculnya Binatang yang Disebut Daabbatul Ard
Binatang ini bernama Dabbah serta berulang-kali dimaksud Rasulullah SAW sebagai salah satu sinyal dekatnya kiamat. Bahkan juga Allah SWT dalam dalilnya juga menerangkan mengenai binatang ini. Hal semacam ini tercantum dalam Quran Surat An-Naml : 82 yang berarti sebagaimana berikut.
“Apabila pengucapan sudah jatuh atas mereka, Kami mengeluarkan seekor dabbah (binatang) dari bumi yang bakal mengatakan pada mereka, kalau sebenarnya manusia dulu tak meyakini pada ayat-ayat Kami,” (An-Naml : 82).
Rasulullah SAW juga bersabda mengenai Dabbah ini serta jadi satu diantara pengingat Umat Islam selalu untuk bertaubat. Dalam hadist Kisah Muslim, Rasul menyebut tiga perkara yang bila ketiganya keluar jadi semuanya taubat serta amal tidak ada manfaatnya.
Ketiganya yaitu terbitnya matahari dari arah barat, Dajjal serta Dabbah.
“Ada tiga perkara yang bila keluar jadi akan tidak berfungsi lagi keimanan orang yang belum beriman terlebih dulu ; atau belum mengupayakan kebaikan yang dikerjakan dalam keimannya. Ketiga perkara itu yaitu : terbitnya matahari dari barat, Dajjal serta binatang bumi. ” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda : “Sesungguhnya tanda-tanda (Kiamat) yang pertama kalinya nampak yaitu terbitnya matahari dari barat serta keluarnya binatang pada manusia pada saat Dhuha.
Mana saja yang lebih dulu muncul, jadi yang satunya bakal berlangsung sesudahnya kurun waktu yang dekat. ” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda : “Bersegeralah kalian beramal (sebelumnya datangnya) enam perkara… (beliau mengatakan salah satunya) dabbah. ” (HR. Muslim).
Nanti sesudah keluar, Dabbah bakal bicara pada manusia serta menyampaikan kabar kalau manusia dulu tak meyakini pada ayat-ayat Allah.
Ia memberi sinyal pembeda pada orang beriman serta kafir. Sinyal untuk orang yang beriman yaitu muka yang bersinar, sedang yang tidak, tandanya diberikan di bagian hidung sebagai sinyal kekufurannya.
“Binatang bumi itu keluar jadi ia berikan cap kepada manusia di muka mereka. Lalu jumlah mereka meningkat hingga seorang beli onta dia di tanya, ‘Dari siapa anda beli onta itu? ’ Dia menjawab, Dari salah seseorang yang dicap berwajah.. ”
(HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomer 322).
Nanti Dabbah bakal keluar dari Mekkah dari masjid yang paling mulia. Hal semacam ini berdasar pada hadits yang diriwayatkan dalam Majma’uz Zawaid VIII/7-8, dari Hudzaifah bin Asid secara marfu’.
“Dabbah bakal keluar dari masjid yang terbesar, ketika mereka (tengah sekedar duduk mendadak bumi bergetar) saat mereka tengah sekian mendadak bumi terbelah. ”
Ketidaksamaan pendapat banyak terjadi di kalangan ulama mengenai Dabbah ini. Dabbah dengan cara bhs mempunyai arti hewan yang jalan diatas bumi.
Sebagian ulama menyampaikan kalau Dabbah yaitu anak unta yang disapih dari unta Nabi Shalih.
Hal semacam ini berdasar pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dari Hudzaifah bin Asid al-Ghifari, kalau Rasulullah saw menyebutkan mengenai dabbah, (lantas beliau menjelaskan hadits, di dalamnya ada ungkapan)
“Mereka tak menggembalakannya, tetapi ia cuma bertemura diantara rukun serta maqam (rukun Yamani serta Maqam Ibrahim). ”
Ke-2, dabbah yaitu al-Jassasah yang di jelaskan dalam hadits Tamim ad-Dari pada cerita Dajjal. Pendapat ini dinisbatkan pada Abdullah bin Amru bin ‘Ash.
Pendapat ini tak kuat karena beberapa karakter serta apa yang dikerjakan oleh si dabbah tak pas dengan deskripsi al-Jassasah dalam hadits Tamim ad-Dari.
Ketiga, dabbah yaitu ular yang mengawasi dinding Ka’bah, yang disambar oleh elang saat beberapa orang Quraisy akan bangun Ka’bah. Pendapat ini dinisbatkan oleh al-Qurthubi pada Ibnu ‘Abbas ra. Cuma, beliau tak mengatakan sumbernya.
Ke empat, dabbah yaitu manusia yang bicara, mendebat serta menyanggah beberapa orang yang suka lakukan bid’ah serta kekufuran supaya mereka berhenti. Supaya bila mereka binasa, mereka binasa dengan info (hujjah) yang riil.
Ke lima, Dabbah yaitu bakteri yang beresiko yang bakal bikin manusia menanggung derita. Bakteri itu melukai bahkan juga dapat membunuhnya.
Saat melukai seorang ia membawa pesan berbentuk nasehat pada manusia kalau mereka mempunyai hati yang dapat berfikir, hingga mereka sadar untuk kembali pada Allah, pada agamanya serta menghimpit mereka untuk terima hujjah.
Ini yaitu pendapat yang dipegang oleh Abu ‘Ubayyah dalam komentarnya pada kitab an-Nihayah/al-Fitan wal Malahim, karya Ibnu Katsir.
Untuk kita, cukup saja yakin dengan berita dari manusia paling dekat dengan Allah, Nabi Muhammad SAW ini. Selebihnya, kita serahkan terhadap Allah yang Mahatahu atas semua yang sudah serta bakal berjalan.