Keberadaan Seorang itu Baru Terasa Setelah Ketiadaannya
Tak terasa air mata ini langsung mengalir baca cerita nya?????
Zaman sekarang jangan ngemis sama suami minta beli ini itu,,, kalau punya suami kayak di cerita ini ngenes banget aku dengar nya …
KEHILANGAN ISTRI
Usia pernikahan kami sudah memasuki tahun ke-7.
Pasang surut ombak badai pernikahan sudah sering terjadi.
Tapi syukur semua dapat dilalui dengan baik.
5 tahun pertama menjadi titik terberat ketika kami yang notabene masih pasangan muda belum memahami karakter masing-masing.
Aku yang pendiam berbanding terbalik dengan istriku yang grusa-grusu dan ceplas-ceplos.
Aku yang masa bodo terhadap omongan orang lain berbanding terbalik dengan istriku yang gampang sakit hati kalau dapat omongan miring sedikit dari orang lain.
Dia akan betah menangis berjam-jam karna merasa sakit hati. Dan aku hanya mampu membiarkannya.
Karena dinasehati atau dibujuk pun istriku akan tetap seperti itu saat mendengar ejekan orang lain.
Di tahun awal-awal pernikahan istriku sering meminta untuk dibelikan baju, skincare atau sekedar kredit perabotan rumah.
Tetangga sering menggosipkan tentang kami katanya.
Walau sudah punya rumah sendiri tapi masih kosong.
Ya, aku memang sudah memiliki rumah dari aku masih bujangan.
Tapi aku tak pernah menuruti kemauannya.
Bagiku pantang mendengar ocehan tak bermutu dari orang lain.
Istriku tetap sering mengeluh ini dan itu.
Minta ini dan itu.
Biar dia gak sakit hati dikatain para tetangga begitu dalihnya.
Aku tetep kekeh menolak.
Karna semua keuangan memang aku yang pegang.
Kalau bukan hal penting jangan sampai menghambur-hamburkan uang.
Itu prinsipku.
Hingga akhirnya aku kehilangan istriku.
Tidak, dia tidak meninggal dunia atau pergi meninggakan aku.
Tapi aku kehilangan sosoknya yang ramai.
Itu terjadi setelah Ramadhan di tahun kelima pernikahan kami.
Saat itu aku mengajaknya pergi ke pasar untuk membeli pakaian untuk lebaran.
Kami sudah lelah berkeliling pasar tapi belum juga mendapatkan baju untuknya.
Padahal aku dan anakku sudah dapat beberapa stel pakaian.
Sampai akhirnya aku lelah dan menyuruhnya mencari sendiri.
Kulihat dia ingin mengatakan sesuatu.
Kupaksa dia untuk bicara. Akhirnya dia bilang dia hanya ingin baju gamis levis.
Saat aku mengantar ke tempat yang menjual aku kaget dengan harga yang disebutkan.
Tiga ratus ribu rupiah.
Pikirku jika dibelikan baju lain bisa dapat beberapa pasang.
Aku menolak dan mengajaknya mencari baju lain.
Dia diam dan berkata kalau sejak gadis dia ingin sekali memiliki baju seperti itu.
Toh itu harga belum pas.
Masih bisa ditawar. Tapi aku tetep menolak.
Akhirnya dia hanya diam dan melangkah menuju parkir.
Saat aku mengajaknya lagi untuk berkeliling mencari baju lain dia hanya diam.
Aku yang jengkel akhirnya memutuskan untuk pulang.
Sepanjang perjalanan dia tetap diam tanpa suara. Sesaat kulirik spion motor.
Wajahnya sudah bersimbah air mata.
Ada penyesalan di dalam hatiku. Tapi sudah terlanjur separuh perjalanan untuk kembai ke pasar.
Aku berniat nanti saja akan ku beri dia uang untuk membeli baju kesukaannya itu sendiri.
Beberapa hari berlalu istriku tetap diam.
Dia menolak uang yang kuberikan untuk membeli baju kesukaannya tersebut.
Bahkan saat hari raya tiba dia pun tak membeli baju baru sama sekali.
Dia berubah menjadi pendiam.
Meskipun tugasnya sebagai istri tetap dia kerjakan seperti biasa.